Rasa 'Merasa dicintai'

Sepeka apakah hatimu merasa?
Sebagai seorang istri, sering kali, kita mengabaikan apa yang suami kita lakukan, apalagi yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Berharap, suami bisa mengucapkan kata-kata romantis,

sehingga kita abai, atas secuil perhatian yang ia berikan.

Seperti ceritaku hari ini. 

Di manapun, salah satu kebahagiaan seorang wanita yang tak terkira adalah 'merasa dicintai'. Lagi-lagi, sudut pandang itu dari sisi wanita. Siapa yang merasa? Ya... wanita itu sendiri.
Seberapa baik perasaannya? Ya... tergantung bagaimana wanita itu merasa.

Ketika akhir-akhir ini aku merasa, bahwa, aku tidak ingin terlambat berterima kasih pada suamiku, yang telah 10 tahun menemani, maka rasa 'merasa dicintai'pun semakin bermunculan tanpa diduga. Mungkin, karena aku baru menyadarinya.

Hari ini, memang aku agak sedikit manja. Mengatakan padanya, aku tak ingin pergi naik motor, karena langit mendung, dan jika hujan turun, maka, air hujan akan membuatku semakin pusing karena alergi dinginku. Bahkan, sebenarnya, aku sama sekali tak ingin kemana-mana. Hanya ingin diam di rumah, menarik selimut, kembali istirahat, setelah seharian memasak dan menyeterika baju. Rutinitas baru di hari libur, sejak kami tidak lagi mendatangkan ART. Tapi seperti biasa, abi akan setengah hati, jika harus pergi sendirian, maka sedikit memaksaku, meski harus menggunakan jaket dan baju berlapis, agar hawa dingin tak terlalu mengusikku.

Pergi menggunakan mobil, hanya berdua. Lantaran anak-anak ingin di rumah. Dan, ini tak seperti biasanya. Biasanya jika hanya pergi berdua, kami akan menggunakan motor. Lebih lincah dan mudah untuk mampir kesana kemari. Meski harus menanggung beban belanjaan beras untuk sepekan dan lain sebagainya. 

Berawal dari setibanya di SPBU dan hujan rintik-rintik mulai turun. Abi bilang, "yaaah, kita lupa bawa payung, ya"

Kemudian mampir ke toko makanan, dan akupun bilang, "Umi nggak bisa pilih-pilih makanan sendiri, lho." Sehingga, tumben-tumbennya abi ikut masuk ke toko makanan, memilih-milih sendiri makanan yang ia dan anak-anak suka. Dan di situ merasa terbantu juga karena kami perlu memborong makanan ringan untuk satu bulan.

Setelah itu, kami belanja di mini market. Rupanya, catatan belanjaku ketinggalan di mobil begitu aku sudah masuk ke mini market. Begitu tahu hal tersebut, abi langsung kembali ke mobil untuk mengambilnya, dan menyerahkannya padaku. Bentuk perhatian lain yang abi berikan saat itu adalah, ketika uang yang harus dibayarkan ada embel-embel receh, ia berusaha mencari di dompetnya, sebagai tambahan agar aku tidak perlu mengeluarkan uang merah atau biru. Meskipun ternyata di dompetku juga tersedia uang receh kembalian beli makanan ringan tadi.
Lalu, ketika aku harus ke toilet, abi dengan sukarela mengambil tas dan belanjaanku. 

Karena beberapa tempat belanja perlu  kami kunjungi, maka di dalam mobil abi mengajak berhitung. Berapa jumlah uang yang harus kami keluarkan hanya untuk berbelanja hari itu, tidak dalam hitungan hari, bahkan hanya jam atau menit. Dan bagi abi, yang selama ini jarang peduli dengan hal-hal seperti itu, bagiku, itu romantis. Merasa ada yang ikut berempati terhadap beban mengelola keuangan yang aku tanggung. hehe. 

Selanjutnya, ketika kami harus membelikan titipan teman. Saat membuka pintu mobil dan membawa tas berisi dompet, apa yang abi katakan?
"Udah si, uangnya aja yang dibawa, tasnya ditinggal aja, biar nggak rempong," begitu kata abi. Bukan dengan nada sinis ya.

Ketika aku belanja titipan teman, apa yang abi lakukan? 
Dia, tanpa kuminta, membelikan buah kesukaan kami sekeluarga. Satu hal yang sebenarnya sudah masuk dalam agenda rencana belanja hari ini, tapi hampir kulupakan karena waktu sudah semakin sore. 

Alhamdulillah. Semua yang abi lakukan, mungkin biasa saja. Tapi menjadi luar biasa, karena ada rasa 'merasa dicintai' dalam hatiku. Dan itu sudah sangat cukup membuatku bahagia. 

Komentar

Postingan Populer