Ketika Wanita ingin bisa Menyetir Mobil

Belajar menyetir mobil di kala pandemi, mungkin tidak langsung dirasakan manfaatnya, karena selama pandemi, kita lebih banyak stay di rumah. Tetapi jika ingin memanfaatkan waktu di mana lalu lintas jalanan lebih lengang, mungkin, inilah saatnya. 


Sebagian wanita mungkin berpikir, untuk apa belajar menyetir mobil? Mereka bahkan sudah cukup puas dengan menjadi nyonya di samping suami yang asyik mengemudikan mobil. Sesekali menemani suami ngobrol, sesekali bisa juga tidur, tak perlu menghafal jalan, cukup mengikuti navigasi dari suami yang konon katanya, kaum Adam punya insting yang tinggi dalam hal ini. Meski terkadang, kalau saya, ketika harus pergi ke tempat yang baru yang belum diketahui, maka navigasi pertama adalah dari googlemaps, dan saya tidak akan bisa tidur karena harus menjadi operator dan penunjuk jalan mengikuti petunjuk dari google map. Tapi kalau sudah sekali lewat, Alhamdulillah suami cepat hafal, tidak perlu diarahkan lagi, alias saya bisa tertidur pulas. 

Namun, sebagian wanita mungkin juga ingin lebih mandiri dari ketergantungan suami, ingin bisa jalan-jalan sendiri tanpa harus menunggu jadwal senggang suami, ingin bisa pergi bersama teman-temannya, ingin bisa lebih bermanfaat dengan kemampuannya menyetir mobil. Atau sekedar melindungi diri dari hujan, ketika mengantar anak-anak atau pergi belanja.

Maka, belajar menyetir mobil menjadi salah satu pilihan yang sebenarnya tidak wajib, bagi wanita. Dan, sebagai penyemangat diri untuk kembali belajar giat menyetir mobil, saya ingin sedikit berbagi.

Pertama, berlatihlah di tempat kursus

Berlatih di tempat kursus, menurut saya lebih baik daripada belajar pada teman, saudara atau suami, kecuali kalau mereka adalah tipikal manusia penyabar yang bisa memahami emosi kita. Karena perasaan wanita ikut terlibat dalam proses belajarnya, maka, sedikit nada tinggi dari instruktur, atau sedikit tekanan, akan mempengaruhi mood belajarnya.
"Umi gimana sih, udah yang kedua kali ini, kiri dikit harusnya," ini contoh perkataan suami yang membuat saya akan merasa down ketika sedang belajar menyetir mobil. Bagi saya, saat ingin melancarkan menyetir mobil, lebih baik saya jalan sendiri daripada ditemani suami.

Namun, ada juga tipikal suami yang justru protektif sekaligus penyabar, dan ingin istrinya belajar mobil pada suami, tidak pada yang lain. Bisa jadi mungkin juga karena cemburu istrinya jalan berdua dengan instruktur yang kebanyakan adalah laki-laki.

Oh ya, kelebihan belajar di tempat kursus adalah, jangan khawatir kalau kita hilang kendali. Karena masih ada back up kendali rem dari instruktur. Meski kadang akhirnya instruktur bilang, "enggak kok, saya nggak ngapa-ngapain." tapi setidaknya kita merasa tenang karena jika kita salah langkah, bisa diback up oleh instruktur. Saya pernah pengalaman hampir menabrak portal di dekat trotoar, namun tetap bisa selamat, karena segera direm oleh instruktur.

Selain itu, tidak perlu takut mobil kita akan rusak karena tergores, kopling yang terlalu dalam, persneling yang kasar dan sebagainya. Karena mobil latihan tentu sudah didesain sedemikian rupa untuk siap siaga dengan kondisi tersebut. 

Kedua, jika merasa belum lancar di tempat kursus, ulangi lagi saja

Ya, ulangi lagi saja, karena terkadang empat kali pertemuan belumlah cukup. Apalagi, dengan hari yang berbeda-beda. Baru belajar hari Senin, hari Rabu sudah lupa lagi tekniknya dan seperti mulai dari nol lagi. Kursus session kedua, teori sudah di luar kepala, tinggal mengasah lagi


Ketiga, tak perlu buat SIM sebelum benar-benar yakin mampu membawa mobil ke jalanan sendiri.

Bagi saya, wasting money saja sih. Karena SIM ada masa berlakunya. Jika tidak terpakai, mubadzir kan...

Keempat, pembiasaan itu perlu

Ini mungkin tips bagi saya. Bisa juga berlaku bagi yang lain. Semakin terbiasa, maka feeling membawa mobil semakin terasah. Dan pembiasaan itu, memang membutuhkan ketekunan ekstra. Bagaimana tidak? dalam pembiasaan artinya, kita memulai membiasakan menyetir mobil dengan frekuensi yang kita tentukan sendiri. Misalnya, setiap hari, ketika saya berangkat ke area sekitar perumahan yang jaraknya tidak sampai 500 m, saya akan menggunakan mobil. Berulang-ulang sampai kita merasa sangat yakin dengan kemampuan kita menguasai jalanan yang dilalui setiap hari.

Kelima, uji nyali di jalanan

Untuk yang ini, saya belum bisa berikan tips, karena suami masih belum mengijinkan saya melakukan ini sendirian. Jika teman-teman pembaca ada yang sudah pengalaman, silakan.

Sedikit pengalaman ketika turun ke jalanan bersama suami di jalanan yang sangat luas, kesalahan cara berpikir yang perlu diperbaiki oleh wanita adalah

bahwa mobil atau motor di sekeliling kita tidak akan mau bersenggolan dengan kita, sehingga perhatikan jalan masing-masing, serta merekapun akan berusaha menghindar jika ada kendaraan yang menyerobot jalan lain

bahwa kita tidak bisa memaksa jalanan sepi dan lengang, atau memaksa mobil-mobil dan motor minggir dan mentaati aturan lalu lintas. Kita tetap perlu waspada, terkadang ada motor yang tiba-tiba melintas tanpa memberi lampu sen terlebih dahulu. Itulah yang mungkin, membuat teman saya justru mahir menyetir mobil ketika berada di luar negeri, Malaysia, misalnya. Jadi, bagi pembaca yang sedang berada di negeri Jiran, boleh memanfaatkan peluang itu.

Komentar

Postingan Populer