Pilih KPM, Leasing, Atau. . .

Terinspirasi dari tulisan seseorang, berpikir 1001 kali saat hendak membeli mobil baru dengan model KPM (Kredit Pemilikan Mobil) dan leasing yang sedang menjamur saat ini.
Dilatarbelakangi juga oleh konsep perencanaan keuangan keluarga kami, yang sebisa mungkin tidak terjebak pada sistem cicilan dan memegang prinsip menabung lebih baik. Menabung dalam pemahaman kami bisa juga berarti investasi dan sedekah.
Dari sumber yang pertama, kami dipertemukan pada simulasi penghitungan kredit kepemilikan mobil, yang semakin memantapkan kami untuk menghindarinya sebisa mungkin. Beberapa kesimpulan yang bisa kami petik dan kami bagikan pada pembaca tentang apa yang terserap dalam memori kami, boleh disimak jika anda berkenan
1. Seringkali orang hanya berpikir tentang kesanggupan membayar biaya cicilan mobil tiap bulan, setelah mengetahui jumlah penghasilan tiap bulannya. Kita lupa bahwa keberadaan mobil juga membutuhkan biaya rutin untuk bensin, perawatan, bahkan bisa juga termasuk pembiayaan konsumtif yang muncul sebagai efek dari peningkatan fasilitas transportasi. Misalnya jadi tergiur untuk jalan-jalan dsb
2. Di awal pembayaran, sesungguhnya kita tidak hanya harus menyiapkan uang muka, tapi juga asuransi, administrasi, cicilan pertama dan sebagainya, yang jumlahnya hampir 100% dari uang muka yang kita setorkan
3. Semakin lama jangka waktu cicilan yang kita ambil, makin besar juga biaya total yg kita keluarkan untuk mobil dengan nilai jual yang sama
4. Mobil adalah barang yang memiliki nilai susut, bukan sebaliknya. Ketika semakin panjang jangka waktu cicilan, biaya yang keluar semakin besar, namun, justru nilai susutnya makin besar pula, maka seolah menjadi tidak logis
5. Selisih antara biaya total pembelian cicilan dan biaya pembelian cash bahkan bisa mencapai nilai harga sebuah mobil second sebangsa suzuki carry ato bahkan lebih, tergantung dari jenis mobil dan jangka waktu pembayaran

Sehingga menurut hemat kami. . .
1. Jika kita memang menganggap mobil sebagai salah satu kebutuhan, namun sekunder atau bahkan tersier, maka jika menabung setahun atau kurang cukup untuk membeli mobil second, secara tunai, maka pilihan ini lebih baik. Itung2 sambil belajar menguasai setir dan memahami mesin.
2. Coba kita petakan kemampuan kita, dalam jangka berapa tahun kita sanggup membayar cicilan flat mobil baru, dibandingkan jika dalam jangka waktu tersebut, kita tabung/investasikan uang kita. Maka. . . model menabung/menginvestasi dg istiqomah, bisa memangkas pengeluaran yg berefek mengurangi jangka waktu dibandingkan dengan kita membayar cicilan. Katakanlah, untuk mendapatkan mobil X secara cicilan, kita butuh waktu penyelesaian cicilan selama 5 tahun, dengan resiko tambahan biaya perawatan dsb, sedangkan jika kita tabung dulu uang kita, kita bisa membelinya 4 tahun kemudian, atau kurang, jika uang tersebut kita investasikan
3. Dengan konsep kesederhanaan dalam keluarga, bukan berarti kita berpikir, "kalo bisa lebih mudah, kenapa pilih yang susah?"
Namun, ada pelajaran berharga yang selalu bisa kita ambil dalam kesabaran, tekad, keistiqomahan, perjuangan dsb ketika kita bersama suami dan anak2, mengkondisikan keluarga sebagai tempat kita belajar, bermimpi, bersatu dalam tekad, berjuang bersama, menahan keinginan, dsb sehingga terhindar dari budaya instan, atau bahkan hedonic treadmill. Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak uang kita, seberapa mewah rumah kita, seberapa keren mobil kita, tapi bahkan dari hal-hal yang sederhana, justru kebahagiaan itu bisa kita panen.

Selamat Memilih

Komentar

Postingan Populer