Istirahat Sejenak

Ketika jemari ini istirahat dari menari di atas keyboard, sesungguhnya mata ini tak pernah berhenti dari melihat kata.
Ya, sekedar ingin mengatakan, kesibukanku saat ini adalah lebih banyak membaca daripada menulis, lebih banyak melihat dari pada berkomentar. Terkadang masa-masa seperti itu dibutuhkan untuk kita merefleksikan diri kita. Seperti ketika Rasulullah merenung di gua Hira sebelum dipertemukan dengan Malaikat Jibril. Manusia seperti Rasulullah yang ma'sum-pun memiliki sisi di mana ia memerlukan waktu dan tempat untuk merenung sejenak terhadap kondisi yang ia lihat dan ia rasakan. Apalagi sekaliber diriku yang tak pernah luput dari kesalahan sengaja atau tidak disengaja setiap harinya.
Kesalahan demi kesalahan yang menumpukpun bisa jadi menutupi mata hati kita dari melihat perkara hidup dengan jernih. Masalah yang datang walaupun sebenarnya kecil, bisa menjadi sesuatu yang menyempitkan dada. Pada saat seperti itulah mungkin, saatnya kita butuh berdiam sejenak untuk merenung sembari merefleksikan diri, berucap istighfar dan merangkai sejuta harap akan pengampunan dari Rabb yang Maha Pengampun, agar berkenan untuk membersihkan hati kita sehingga bisa kembali melihat kehidupan ini dengan jernih, melihat tantangan yang muncul sebagai dinamisasi kehidupan, merangkul partner terdekat, yaitu keluarga untuk bersinergi dalam menghalau penghalang untuk meraih impian bersama, menopang fisik untuk bergerak atas jiwa yang menggelora. Oleh sebab jika diri terus bergerak, bukan tidak mungkin ia takkan roboh karena lelah. Pun jika diam itu terlalu lama, bukan tidak mungkin, ia menjadi malas berkepanjangan atau mencapai kelumpuhan untuk bergerak pada akhirnya.

Bahasa kekiniannya mungkin lebih kita kenal dengan istilah ~keburu jamuran~

Komentar

Postingan Populer