Dua Godaan Niat

Terkadang tanpa kita sadari, kita tengah berdiri di antara dua godaan niat. Satu sama lain saling menarik dan bisa saja membuat pijakan kita goyah. Memiliki niat yang tetap lurus hingga akhir memang bukan perkara mudah. Seandainya itu terlalu mudah, mungkin balasannya tak seindah jannahNya.
Masih dengan impian kami memiliki kendaraan umat. Ya, kendaraan umat, yang dengannya, maka ego pribadi tidak menjadi yang utama. Niat itu ternyata tidak sebulat niat untuk pergi ke tanah suci disebabkan kesiapan memiliki kendaraan umat ini masih belum maksimal
Saya dan suami selalu saling mengajukan alasan, kenapa kami harus membeli kendaraan roda empat? Sudah siapkah kami berkhidmat pada umat?
Sudahkah kami membersihkan hati dari niat-niat lain yang mengotori?

Kami sadari, kami hanyalah manusia biasa. Kami yang mungkin memiliki ketakutan thd keinginan kami, karena sgala sesuatu akan kami pertanggungjawabkan.

Kami tak bisa menghindar, ketika terdengar suara2 yang sesungguhnya sia-sia untuk kami dengar. Dari mereka yang memandang rendah 'dunia' kami. Karena sesungguhnya di sisi Allah, kerendahan dunia bukanlah kerendahan derajat di sisiNya.

Maka ketika muncul keinginan memiliki 'dunia' yang lebih dari mereka, kami harus berusaha menghapusnya dengan mengingat mereka yang pada hari ini masih kekurangan makanan, kekurangan rizki, di manakah kami terhadap mereka?

Ketika keinginan justru hilang, merasa belum siap berkhidmat, maka. . . Itu seperti godaan juga bagi kami, apakah yang sudah kami perbuat? Apakah akan kami biarkan keluarga kami, tetangga kami, saudara2 kami, kawan2 kami mengalami kesempitan dalam aktivitas kebaikan mereka?

Ya Allah,
Sesungguhnya apa yang akan menjadi rizki kami di dunia ini adalah rahasiaMu
Tidak ada yang dapat kami perbuat, selain meningkatkan kesungguhan kami dalam bermunajat kepadaMu. Engkaulah Pemilik Perbendaharaan yang ada di langit dan bumi.

Komentar

Postingan Populer