Hobi yang diwariskan

Dari Bapak, inspirasi menulis seorang diriku muncul. Berlembar-lembar kertas berisi naskah yang diketik menggunakan mesin ketik manual, menceritakan kisah perjalanan hidup Bapak yang penuh lika-liku. Cobaan dan kesenangan bergantian menghampiri. Menelisik perjalanan hidup Bapak, memang sarat emosi seperti drama Korea. Sebut saja Bapak pernah mengira tidak akan bisa berjalan di atas kedua kakinya seperti yang ia jalani selama puluhan tahun sejak beliau menikah dengan ibu. Kedua kaki beliau bergantian dipasang lepas pen. Selain itu juga ada sakit lain yang membuat beliau harus opname di rumah sakit dan menjalani operasi.

Seperti yang beliau hadapi juga sekarang ini. Terbaring di rumah sakit, selepas menjalani operasi pemasangan pen pada kaki kiri yang patah. Kecelakaan kecil yang mungkin bagi orang normal, tidak akan membawa dampak sefatal itu, karena kaki kiri Bapak sudah kehilangan tempurungnya sejak tahun 70-an.
Namun, saat ini, mungkin Bapak tak lagi menuangkan kisah hidupnya lewat tulisan. Sudah lama, sejak Bapak menikah dan disibukkan dengan mencari nafkah, sepertinya Bapak berhenti menulis. Meski, sebuah mesin ketik tua, yang merupakan hadiah dari suatu lomba menulis masih ada hingga kini.
Sepertinya, kesukaan menulis itu telah terwariskan kepada anaknya, meski anaknya juga tak selihai Bapak dalam menulis. Anaknya bahkan tak pernah mengikuti lomba menulis kisah hidup, melainkan hanya tulisan tentang amanah yang sedang dilakoninya di sebuah lembaga pendidikan. Jika dulu Bapak mendapat hadiah sebuah mesin ketik yang penuh kenangan hingga kini, maka ketika jaman telah berubah, kini, anaknya mendapat hadiah sebuah mesin ketik yang lebih canggih dan bisa ditenteng kemana-mana. Yang akhirnya ia hadiahkan untuk seseorang spesial di hatinya, suaminya. Sebab ia sendiri sudah menenteng mesin yang lebih kecil dan praktis.
gambar dari : sekarsekarsekar.wordpress.com

Komentar

Postingan Populer