Kriteria Tak Tertulis

Kadang dibuat miris dengan sms saudariku di seberang sana, "Masih ada peluang untuk sahabat untuk mencarikan jodoh buat saya,"
Atau perkataan saudariku yang satu ini,"Enggak ah, enggak mau semuanya, gak ada yang berkualitas bujang-bujang di sini."
Bermacam usaha ala kadarnya terkait waktu dan tenaga yang terbatas, sudah kami berdua lakukan untuk mengusahakan teman hidup untuk mereka. Tapi sepertinya, ikhtiar dan doa kami belum mendapat jawaban dari Allah swt.
Para bujang, para lajang, seperti menjadi bahan komentar rekan-rekan kerja, demi mempertanyakan kapan? Bagi para bujang, kapan berani menyatakan? Bagi para lajang, kapan berani menentukan pilihan? Dengan cara yang ahsan (terbaik) tentunya.
Di manakah nyali para bujang tersimpan dalam-dalam?
Dari manakah sebenarnya para lajang menentukan kualitas?
Aku sendiri tidak mampu mendefinisikan kualitas seseorang, sebelum aku menikah. Sehingga bisa ditebak, urusan 'kriteria' yang berada pada kolom paling bawah dari lembar biodataku, tidak banyak berkata. Paling-paling satu dua kalimat, atau malah cuma beberapa kata saja.
Awalnya...lebih dari itu, tapi kemudian kuhapus. Beberapa kata yang kuhapus, yang masih kuingat saat itu adalah, mahir berbahasa Arab. Yah...karna kupikir, aku kan mencari suami, pendamping hidup, bukan sekedar guru bahasa Arab pribadi...
Kemudian...kalo gak salah, cinta Al Qur'an, juga kuhapus. Bukannya menurunkan standar. Tapi...bagaimana persepsi 'cinta Al Qur'an' menurut orang lain...apakah harus hafidzkah? atau bagaimana?
Maka, jadilah kolom kriteria yang gemuk itu menjadi kurus hanya menuliskan gambaran umum saja.
Teringat saat iseng mengikuti training pre wedding di UII, aku pernah mengatakan, "saya ingin bisa menerima calon saya apa adanya, sebagaimana saya juga ingin ia menerima saya apa adanya, tapi kami berkomitmen kuat untuk menjadi lebih baik lagi dengan bersatunya kami dalam pernikahan,"
Walaupun standar minimal tetap harus dipertahankan, yaitu, muslim.
Urusan kriteria yang tak tertuliskan pada lembar biodata, kuserahkan pada Allah swt. Karena jika harus ditulis, maka semakin gemuklah kolom kriteria dan walhasil mungkin akan banyak para calon yang tereliminasi.
Serahkan pada Allah swt., karena begitu banyaknya...namun tetap tak berani aku jadikan sebagai standar minimal atau patokan. Juga tak pernah kuumbar pada orang yang menanyakan padaku, "mau calon seperti apa?"
"Ya Rabb, Engkau Mengetahui kebutuhan hamba juga keinginan hamba, Engkau lebih Mengetahui yang terbaik bagi hamba. Perbaikilah diri hamba dan calon hamba di manapun kami berada ya Rabb" Doa-doa yang kupanjatkan walaupun aku belum mengetahui siapa beliau?
Perjalanan waktu menyingkap tabir misteri, tentang belahan jiwaku yang selama ini aku tak tahu, ternyata tak jauh-jauh dariku. Benar-benar tak disadari, bahkan aku menampik bisikan yang entah dari mana datangnya, saat aku bertemu dengan beliau dalam suatu momen, "kamu akan jatuh cinta padanya suatu hari nanti,"
Lho? Kok bisa dapat bisikan seperti itu... Karena kebodohan dan rasa takutku, maka aku tampik aja bisikan itu, berusaha melupakannya, tapi eh, sekarang memori itu keluar lagi menuju ingatanku.
Pernah juga seorang sahabat Padang, mengatakan, "kamu nikah aja sama Pa ...," padahal saat itu ada aku, juga beliau, sungguh membuat tersipu berikut penolakan spontan tanpa pikir panjang dari diriku, "gak lah,"
Setelah ternyata...memang beliau calon yang kemudian menjadi suamiku, maka barulah aku menyadari...
Kriteria tak tertulis itu satu persatu terisi check listnya mulai dari ketika proses ta'aruf hingga sekarang.
Calon suamiku ternyata guru Bahasa Arab dan pernah jadi guru Tahfidz juga...^_^ Itu yang kuketahui ketika Ta'aruf. Itu adalah dua kriteria tak tertulis yang hampir saja kutuliskan.
Beliau seorang dengan kepribadian X, juga bagian dari kriteria tak tertulis.
Beliau orang Jawa tulen, juga bagian dari kriteria tak tertulisku.
Beliau seorang guru dan murabbi, juga bagian dari kriteria tak tertulis.
Beliau seorang anak nomer...., juga bagian dari kriteria tak tertulis.
Dan masih banyak lagi, kriteria tak tertulis yang satu demi satu kutemukan setelah aku menjadi teman hidupnya...
Alhamdulillah

Maka tidak ada salahnya mendaftar kriteria sebanyak-banyaknya... tapi urusan terpenuhi atau tidaknya kriteria, bukan tuntutan kita pada perantara yang mempertemukan kita dengan calon, atau tuntutan kita pada calon...

Biarlah cukup menjadi harapan seorang hamba pada RabbNya Yang Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih...

Komentar

arnel mengatakan…
Tertawa saat membaca awalnya dan perlahan hening ketika merayap sampai di akhirnya...
Semoga keikhlasan dan niat krn Allah senantiasa landasan berpijak dalam masa menanti ^_^
Ummi Dihaan&Dhiya mengatakan…
Selamat menikmati penantian dengan sejuta karya untuk ummat^_^

Postingan Populer