Waspada Dunia dan Perhiasannya

Seribu satu kali aku kerap berpikir dan menimbang-nimbang untuk perkara dunia. Insting kewanitaanku yang tak mudah memutuskan suatu pilihan, sering kali muncul, ketika aku sedang berhadapan dengan keinginanku tentang perhiasan dunia. Aku tahu bahwa agamaku tidak melarangku untuk memiliki dunia dengan segala keindahan perhiasannya. Namun, saat semua itu melenakanku, aku seperti memasang kuda-kuda waspada. Aku tidak ingin jatuh dalam fatamorgana. Sungguh tak ingin tertipu. Maka sebenarnya saat kita hidup di tengah masyarakat, tinggal bersama tetangga, godaan terbesar adalah saat pandangan mata kita melihat hijaunya rumput tetangga. Sesuatu yang kemudian menyadarkan dan mengajakku beristighfar.
Bagaimanakah aku, sementara kutahu dunia ini fana, kemudian merasa iri dengan apa yang diberikan kepada orang lain, lebih dariku?
Bagaimanakah aku, sementara kutahu hidup ini bukan tujuan, kemudian sibuk berlomba-lomba memiliki perhiasan yang bagus?

Agamaku memang tak melarang, aku tahu itu...
Setiap insan punya ujian dan godaannya masing-masing. Bagi mereka yang berkecukupan, apa artinya perabot mewah yang mereka punya? Bahkan jika bisa, mungkin mereka justru sedang mencari cara membeli kebahagiaan dan ketenangan.
Lalu, kenapa diri merasa terusik dengan apa yang ada pada diri orang lain, lebih dari kita?
Dan padahal setiap kitapun punya bahagianya masing-masing
Mungkin bahagiaku adalah justru dengan keqona'ahanku.
Dengan tulisan ini, aku hanya ingin menegur diriku sendiri
Wahai diri, sibukanlah dirimu, bukan untuk berlomba-lomba dalam urusan dunia dan perhiasannya
Tapi sibukanlah dengan berlomba-lomba dalam urusan amal yang baik. Jika Allah mengamanahkan kita harta, berlomba-lombalah untuk menginfakannya, bukan menyulapnya menjadi perhiasan dunia yang tak seberapa.
Karena kelak, bukan dunia dan perhiasannya yang akan menolong kita, tapi justru amal-amal kitalah yang akan menolong kita.

Komentar

Postingan Populer