Mudik : Pilihan yang Sulit di Era Covid 19

Pertanyaan tersulit saat ini bagiku dan suami adalah
"lebaran ini bisa pulang kan?"
yang dilontarkan oleh orang tua kami.
Jika dulu, kami berdua hingga kemudian berempat 
(bersama anak-anak), berkomitmen bahwa, liburan dan lebaran adalah saatnya bagi kami untuk melepas kerinduan mereka, orang tua yang pernah merawat kita sedari kecil, hingga bakti kami, kami wujudkan dalam bentuk "pulang", maka sungguh berbeda kondisi saat ini. Ingin rasanya kami mengatakan, bahwa kami tidak akan mudik sesuai arahan pemerintah. Tapi... kondisi mereka berbeda. Orang tua suami telah makan banyak garam kehidupan dari jaman Belanda, Jepang, hingga sekarang. Frekuensi berpikir kami terlampaui jarak yang begitu jauh. Suami anak kedelapan, dengan jarak antar saudara-saudaranya rata-rata 3 tahun.
Sementara orang tuaku yang generasi lebih muda, dan bisa memahami kondisi yang membuat kami sebaiknya tidak mudik, saat ini sedang sakit. Bahkan tengah menjalani proses pengobatan di ruang opname.

Pernah ketika kami masih jadi sahabat setia bus antar propinsi, dan aku tidak mendapatkan tempat duduk yang layak, rasanya sedih, dan tentu repot. Namun di saat itulah justru kami yang masih berdua, membuat komitmen untuk selalu pulang saat liburan semester dan lebaran. Ketika baby dhi masih kurang 3 bulan, kami kuat-kuatkan berdesakan dalam bus ekonomi. agar bisa pulang. Sampai kemudian, Allah ijinkan kami berempat pensiun menggunakan bus. Mungkin persahabatan kami dengan bus-bus itu pulalah yang menjadikan doa-doa kami untuk mendapat kemudahan pulang, diijabah.
Lalu bagaimana dengan hari ini?
2020 Ramadhan dan lebaran yang akan berbeda sekali dengan tahun-tahun sebelumnya, yang entah sampai kapan, sesungguhnya justru masing-masing kitalah kuncinya.
Akankah kita baper jika pemerintah menyarankan untuk para perantau tetap stay di kotanya, apalagi yang berada di zona merah?
Jika iya, kemudian kita putuskan untuk pulang hanya untuk mengobati kebaperan kita, tunggu saja, orang lain pun akan mengikuti jejak kita dan virus ini mungkin semakin berpesta pora.
Jika iya, tapi kemudian kita bersabar untuk menahan diri sampai kondisi stabil. maka kita mendapatkan dua keutamaan, keutamaan taat dan bersabar
Di manakah kita?

Komentar

Postingan Populer