Edisi Mudik Liburan

Banyak kesyukuran di mudik liburan tahun ini. Berawal dari tekad yang menutupi segala kekurangan, diiringi keyakinan akan pertolongan Allah yang terkadang datangnyapun tidak bisa diduga apalagi dilogikakan. Niat kami satu, membahagiakan mereka yang menunggu para perantauan bermuara di tempat kelahiran serta tempat kenangan pengasuhan itu bermula.
Jika kami yang kini, Alhamdulillah sudah merasakan tinggal di rumah yang sebenar rumah, dan merasa sangat senang dan berharap-harap jika ada sodara dari jauh yang berkunjung, maka apalagi orang tua kami yang berpuluh tahun mendiami rumah yang penuh cerita. Maka sederhana saja definisi membahagiakan mereka, yaitu "pulang ke rumah". Karena hidup berumah tangga kini melibatkan dua insan, maka sejatinya kami harus saling mendukung satu sama lain, dimulai dari saling merasa dan menghargai masa kecil masing-masing.
Meski perjalanan yang kami tempuh tidak satu dua jam, budget yang diperlukan juga tidak seratus dua ratus ribu - di saat kami merasa paceklik, tapi tidak menghalangi tekad kami. Ketika seorang teman bertanya dengan heran, bagaimana kami bisa pulang tanpa membawa uang selain dua lembar mata uang kertas berwarna biru, beberapa lembar dua ribu dan lima ribuan, menyusuri dua pertiga pulau Jawa, maka jawabanku hanya, " yang penting bensin mobil penuh, e-toll penuh, bawa bekal dari rumah, insyaAllah cukup." Bukannya kami tidak perhitungan, tapi kami sangat berharap pertolongan Allah akan menghampiri. Sebab jika kami hitung-hitung, kami mungkin sulit untuk kembali, dengan keadaan bensin menipis setelah sampai di lokasi kampung halaman.
Bismillah. Perjalananpun dimulai. Oleh-oleh kami bawa, itupun dengan budget yang tersisa, karena pesanan ibu yang tidak bisa kutolak. Kami menahan diri dari makan duduk manis di resto di rest area, dan lebih memilih membeli nasi bungkus dan dimakan rame-rame. Kecuali untuk abi, pak sopir tercinta, yang tetap makan spesial untuk membayar kelelahan membawa kami. Sesampai di kampung halamanku, semua oleh-oleh kami bagi. Sejenak rehat (dua tiga hari) di kampung halamanku sebelum melanjutkan perjalanan ke kampung halaman suami.

Tapi ternyata Allah yang Maha Mengatur membelokkan rencana kami. Kabar dari saudara yang berpulang kerahmatullah membuat kami harus melanjutkan perjalanan keesokan harinya, ke tempat yang biasa kami jadikan transit saat perjalanan ke kampung halaman suami. Dan ibu memintaku untuk mengantar keluarga sekaligus melanjutkan perjalanan ke kampung suami.
Apa yang kudapatkan kemudian benar-benar pertolongan dari Allah.
Satu demi satu sponsor perjalanan membuat kami tidak perlu mengeluarkan sepeser uangpun yang tersisa. Uang bensin sudah ada yang menanggung, selanjutnya begitu kami tiba di lokasi transit di mana kami harus takziah, kami ditraktir makan siang, makan malam dan juga dibawakan oleh-oleh oleh saudara kami. Sehingga kamipun bisa pulang ke kampung halaman suami, tanpa mengeluarkan sepeser uangpun, bahkan membawa oleh-oleh yang tidak sedikit. Terasa sekali nikmatnya memiliki saudara dan memiliki keyakinan akan pertolongan Allah swt

Komentar

Postingan Populer