Kembali Menyemangati Diri

Dunia seperti fatamorgana. Melambai-lambai menawarkan keindahannya. Janjinya begitu manis, terbalut dengan apik. Namun, ketika langkah-langkah kaki berlari mengejarnya, iapun semakin berlari menjauh. Tak peduli pada lelah, tak peduli pada peluh.
Sedangkan ia nya sementara saja. Ketika sebagian orang yang memilih mengambil langkah 'barang di muka, cicilan di belakang' berpikir bahwa waktu 5 thn, 10 thn hanyalah sebentar, demi menghibur diri... maka hari ini, akupun sedang menghibur diri, bahwa 1 thn, 3 thn dsb jg tidak lama untuk menabung. . .
Terus bertanya pada diri, seberapa pentingkah barang tersebut sehingga sanggup memungkiri doa harian kita agar terbebas dari hutang?
Meski menabung bukanlah satu-satunya jalan, bahkan bisa jadi merupakan jalan paling konvensional. Hari ini ada istilah investasi, wirausaha dsb sebagai bentuk lain untuk mengumpulkan sejumlah dana untuk membeli barang yang kita butuhkan dan bernilai besar.
Jika pertanyaan di atas ternyata memunculkan jawaban akan urgensi barang tersebut untuk kelangsungan hidup atau keperluan yang mendesak, maka satu prasyarat yang aku ajukan untuk diriku agar tidak melebihi jangka waktu dua tahun untuk menyelesaikannya. Itupun dengan beberapa komitmen akan kemanfaatan barang tersebut tidak sekedar untuk kepentingan pribadi.
Maka jawaban akan pertanyaan di ataspun bukan sekedar jawaban pribadi tanpa bukti dan tanpa dukungan, tanpa kesiapan akan komitmen. Karena setiap apa yang kita miliki, akan dipertanyakan kelak, untuk apa sajakah?

Komentar

Postingan Populer