Betapa Malunya Aku Padamu

Betapa mulianya engkau ya Rasulullah. Sungguh jika engkau mau, dunia dan seisinya milikmu, Malaikatpun siap membantumu, apapun yang engkau inginkan bisa terpenuhi, tapi engkau memilih menjalani kehidupan yang zuhud, engkau memilih memikul beban rakyat dan umatmu, engkau memilih memaafkan siapapun yang menyakitimu.

Betapa malunya kami padamu ya Rasulullah. Tertatih mengejar dunia yang sungguh tak layak untuk dikejar, menghitung-hitung apa yang sudah dan belum kami miliki, merasa terusik dengan orang yang merengek meminta bantuan walaupun akhirnya keluar rasa iba.

Betapa malunya kami padamu ya Rasulullah. Masih mendaftar sederet alasan yang menghalangi kami untuk bergerak. Belum punya ini, belum punya itu malah jadi alibi tidak melakukan apa-apa.

Betapa malunya kami. Sibuk memikirkan apa yang nampak. Lupa bahwa sesuatu yang tak nampak bukan berarti tak punya makna.
Popularitas, harta, bahkan di antara kami ada yang rela berhutang untuk mendapatkan label status sosial yg lebih tinggi.

Seharusnya kami kaum hawa tak perlu sedih
Jika apa yang kami kenakan seadanya itu lagi itu lagi
Jika prinsip yg kami pegang seolah menjauhkan kami dari khalayak (menghindari ghibah)
Jika dalam pergaulan kami tidak begitu eksis

Yang lebih penting adalah

Kekhawatiran thd urusan dunia menyibukkan dan melalaikan kami dari tanggung jawab
Usaha untuk meredam merebaknya ghibah
Keringanan untuk terus memberi dan memberi

Komentar

Postingan Populer